Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 21 Oktober 2015

mading: cerpen dalam perjalanan by dwi wulandari

Aku bangun dari tidurku dan aku membuka jendela tiba-tiba kring-kring ternyata hand phoneku bunyi . Oh ternyata sahabatku indah ’’Halo lan udah bangun belum kamu? Ntar telat lagi lho’’ ucapnya.
’’iya aku dah bangun nih, kita lihat ya siapa nanti yang datang duluan ‘’ jawabku.
“Ok, siapa takut, ntar yang datang duluan gratis makan soto” tantangnya
“Siip” jawabku dengan semangat. Klik. Telepon pun ditutup.
Akhirnya aku segera mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah aku sarapan aku pun bergegas pergi, namun aku tak lupa bersalaman dengan kedua orang tuaku .Setelah itu aku berangkat dengan motor kesayanganku. Aku melihat banyak asap dan debu yang mengganggu. Aku pun berfikir akankah aku hidup dengan keadaan bumi yang sangat tercemar ini. Aku merasa kasihan dan kecewa kenapa bumi kita yang dulunya damai,nyaman,adem,sekarang menjadi begini, dimana-mana kekeringan, debu, kebakaran, dan asap. “ Apa yang kalian  lakukan wahai orang-orang yang tak bertanggung jawab?” ucap ku.’’Kenap engkau  tebang  pohon dan  kenapa kau hanya memanfaatkan tanaman ini dan tak kau perbaiki lagi? ’’Apa kalian tau akibat ulah kalian,kami anak cucumu  menangis meratapi  keadaan ini.’’ Ketika aku melihat ada seseorang yang menebang pohon aku merasa sedih,  kenapa kalian merusaknya?  Padahal dulu bumi kita adalah salah satu Negara yang makmur dan sejahtera, tapi sekarang kita tak bisa bernafas lega karna asap dimana-mana. Akhirnya akupun sampai kesekolah dan berpapasan dengan wildan yang sedang melemparkan kertas ke selokan . Akupun menegurnya
 ’’Hey  Wil sampah itu dibuang pada tempatnya bukan dibuang keselokan ’’ tegurku.
 Wildan pun merasa acuh tak acuh terhadap apa yang kukatakan.
“Wildan…
’’Iya-iya aku buang nih ketempat sampah.’’ujarnya dengan muka sinis.
’’Nah gitu dong baru bener‘’ ujarku.  Aku pun  langsung berjalan ketempat  duduku, ternyata aku datang lebih dulu dari pada Indah, hore…, hatiku senang bukan kepalang. Bel berbunyi, dengan berlari Indah memasuki kelas dan kusambut dengan senyum kemenangan. Indah hanya mengangkat jempolnya karena Pak Yanto sudah datang dan kami pun menerima  perjalanan yang  diberikan.
Akhirnya bunyi  lonceng  pun terdengar pertanda   waktu belajar telah usai. Saat  perjalan pulang aku melihat banyak pohon-pohon  dan tanaman yang terkena debu. Aku melihat  seorang ibu-ibu sedang membakar sampah, sebenarnya aku  ingin menegurnya, tapi keberanianku ciut karena kami semua tahu bahwa ibu itu sangat galak dan pemarah sekali. Aku ingin memberitahunnya  bahwa sampah daun itu bagus untuk kesuburan tanah,  sebaiknya kita kubur saja sampah dedaunan itu supaya menjadi pupuk kompos. Tapi banyak orang tak mengetahuinya, mereka lebih senang membakarnya. Ah, sayang sekali aku hanya mampu memberitahunya hanya dalam anganku saja. Tak terasa aku telah sampai dirumah aku berharap semoga saja nanti akan ada perubahan untuk bumi kita tercinta ini. Marilah budayakan  untuk membuang sampah pada tempatnya, menanam pohon dan bijak menggunakan air serta tidak merusak alam kita karena masa depan dan  kehijauan alam  ada ditangan kita. Jadi jagalah bumi kita ini. Bumi kita tempat tinggal kita. Jagalah dengan baik bumi kita ini kawan! (Dwi Wulan, X2)
12 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar