Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 21 Oktober 2015

mading: dampak kekeringan by nina kotimah

Rimbo Ulu 13 Oktober 2015 – Sudah beberapa bulan ini di berbagai daerah menghadapi masalah kekeringan.  Hal ini disebabkan karena musim kemarau yang dating lebih lama dari biasanya. Sehingga menyebabkan keringnya sumur maupun rawa-rawa. Warga pun mulai kesulitan mendapatkan air. Selain itu mereka juga harus menghemat air agar bisa digunakan untuk berbagai keperluan.

Hal yang sama juga dirasakan di SMA N 9 Tebo, air menjadi barang berharga. Air yang tersedia tidak dapat mencukupi kebutuhan ratusan murid. Air hanya ditemukan ketika pagi hari saja. Banyaknya siswa yang menggunakan toilet sehingga katika siang air sudah habis. Yang lebih menyedihkan lagi, bau tak sedap makin menyengat di siang hari.

Bukan itu saja kegiatan sholat dzuhur berjamaah pun tergangu.  Banyak siswa tidak sholat karena tidak ada air untuk berwudhu. Seringkali  para siswa pergi berwudhu di rumah Bapak atau Ibu guru yang dekat sekolah sehingga sholat berjamaah pun bisa dilaksanakan.

Tanaman buah dan bunga-bunga  yang ada di area SMAN 9 Tebo pun menjadi layu karena jarang bahkan tidak pernah disiram. Rumput-rumput yang dulu menghijau kini berubah menjadi kecoklatan. Kegiatan pembelajaran untuk matapelajaran  PLH atau Mulok juga tidak berjalan lancar. Tanah yang keras sudah selesai dicangkul oleh para siswa dengan harapan akan segera turun hujan. Tapi sampai hari ini hujan belum juga turun sehingga bibit pun tidak bisa ditanam. Sehingga para siswa hanya bisa membersihkan lingkungan sekolah untuk mengisi jam PLH atau Mulok.

Selain itu, tak adanya air hujan juga menyebabkan debu yang makin hari makin tebal yang menganggu pernafasan terutama pada jam pulang maupun berangkat sekolah. Para siswa saling mendahului sehingga debu beterbangan dan menyesakkan dada. Padahal sebenarnya disinilah toleransi perlu diterapkan.(nn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar