Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 21 Oktober 2015

mading: cerpen perasaan di balik kabut by agung prasetyo

Gelap ini tak ada yang berbeda, masih seperti malam-malam yang lalu, aku bersama Kemal memanjakan diri dengan sentuhan musik reage yang Kemal anggap sebagai sentuhan syahdu dalam hidupnya demikian dengan kocaknya kepribadian Kemal yang humoris, idealis dan fantastis.
“Lah ini kan cerita saya dan kenapa malah biografi Kemal yang aku kasih hehe‘’ ungkap Agung.
Tanpa terasa hampir dua jam kami bercanda tawa dan tanpa terasa malam makin mencengkam suasana pun semakin sunyi, hi serem...
“Mal besok ulangan apaan?” tanyaku
“Bahasa Inggris gung!” jawabnya santai
“Aduh pusing deh gue, dari pada tambah pusing mending gak usah belajar,main ps aja yuk!” ajakku
“Ah gila lo gung,..kenapa gitu gung?” tanyanya heran
“Ya menurut gue sih itu gak penting Mal, yang penting itu kita menguasai Bahasa Sunda, Jawa, Minang. Kita harus bangga dengan itu, dengan bhineka tunggal ika dan dengan persatuan bangsa Indonesia Mal” kataku panjang lebar
“Wah cerdas juga lo Gung, boleh boleh..hehe emang pantes jadi wakil gue” katanya dengan bangga
“Stop, stop, stop, wakil? wakil apaan?” protesku
“Sabar bro, gak usah pakai urat, maksud gue wakil untuk Indonesia jadi lebih baik, bebas koruptor, lebih bersih dan yang pasti bebas asap Gung..!” jelasnya dengan gaya seperti bung tomo
“Bebas asap, sip gue setuju banget” kataku dengan semangat
 Dan  pembicaraan mengenai kabut asap ini terus berlanjut hingga tak lagi kami sadari siapa yang mengakhiri pembicaraan ini, tiba-tiba kulihat wajah ayu yang sangat kukenal, wajah yang akhir-akhir ini singgah dibenakku.
 “Tiada celah yang tidak bisa dimasuki sang kabut pekat ini, perihnya mata, sesaknya dada semua aku lalui di keseharianku, jujur aku tak kuat lagi dengan semua ini, tolong… tolonglah kami” kata gadis itu dengan penuh iba, ku coba mendekati gadis itu tapi terasa sulit bagiku untuk melangkah. Tiba-tiba gadis itu bangkit dan berlalu diantara kabut dan asap. Dengan sekuat tenanga aku berusaha mengejar gadis itu, tapi tiba-tiba kakiku tersandung kayu dan aaah aku terjatuh di tanah gersang ini. Ku buka mataku ternyata aku terjatuh dari tempat tidur dan kulihat jedela sudah terang, dengan kaget kulihat jam weker pukul 06:45..arragh aku berteriak....
‘’Efek begadang semalam aku tepar sampe kesiangan’’ dan kulihat Kemal juga tak ada lagi di kamarku. Akhirnya aku mengambil keputusan untuk pergi kekamar mandi, dan masalah berikutnya pun ikut muncul, coba bayangkan betapa kagetnya ketika handuk sudah aku sampirkan di paku kamar mandi, gayung  sudah di tanganku ketika akan mengambil air di bak mandi ‘’arragh..gak ada air???”
Segala perasaan berkumpul jadi satu, tapi aku hanya bisa termemenung, ini kah Indonesia yang masuk kedalam globe dunia memiliki dua  musim, yaitu musim penghujan (yang mengakibatkan musibah banjir) dan  musim kemarau seperti saat ini  sehingga muncul masalah kebakran dimana-mana, air langka mau mandi saja sulit bagai mana mau pergi kesekolah, ketemu teman-teman dan ketemu someone,  tersiksa seperti ini ingin rasanya aku pindah negara tapi apalah daya aku cinta indonesia dan NKRI harga mati, sedikit berkata bijak untuk penyemangat pagi ini.
Waktu telah menunjukkan pukul 07:00 dan aku pun belum mandi,aku sangat kebingungan karena mau mandi pake apa, air satu gayung pun gak ada, sumur kering.
Tiba-tiba terdengar suara “Asalamualaikum, jabrik o jabrik” ternyata si kemal udah datang dan udah dandan rapi dengan gaya sok keren.
“Udah rapi lo?” kataku dengan lemas
“Udah dunk gays, ngapa belum mandi? gak tau apa ini dah jam berapa?” jawabnya dengan semangat
“Gue gak sekolah lah, gak ada air buat mandi” kataku sambil merebahkan badan kembali
“Sia-sia lho kalau gak sekolah, sstt katanya mau ketemu sama dia, ntar diambil orang lho….” Goda Kemal
“Buset gara-gara bencana elnino dan keserakahan manusia kita jadi  korban seperti ini”
Betul  juga lo broe… sekarang lo cuci muka dan gosok gigi aja pake air mineral” sarannya dan langsung dengan cepat aku laksanakan
“Ok deh, demi someone...
Alhamdulillah, kami sampai di sekolah pas lonceng berbunyi
 “teng teng teng teng klonteng” lonceng pun berbunyi kencang dari parkiran aku lalu beranjak ke kelas untuk menarok tas dan langsung menuju kelapangan. Aku belari karena panggilan toa sekolah yang memekakkan telinga itu mengharuskan kami sudah berbaris untuk upacara bendera di lapangan basket dalam hitungan kesepuluh kalau tidak hukuman sudah menanti.  Tapi tiba-tiba “braghhh” tatapan mataku, jantungku berdetak kencang, dag dig dug ternyata tanpa sengaja aku menabrak seorang gadis dan dia pun tersipu malu.
“sore-sore”kata Agung meminta maaf
‘’sore-sore ,sori kali akang, makanya kalo jalan pake lampu donk biar keliatan, udah tau kabut asap dimana-mana mata gak dipake dengan benar” kata gadis itu sewot
“What??  Lampu, emangnya robot? Hehe masa gak keliatan neng,kenalin neng bang zafran” kata Agung sambil mengulurkan tangan
“zafran?  Gak salah? Tapi yang tertulis di baju lo Agung Baskoro” kata gadis itu, lalu pergi meninggalkanku
Kami pun berpisah dan kami berbaris di barisan kelas masing-masing, tapi aku tetap tidak fokus karena fikiranku masih terbawa senyuman dan kejutekan gadis itu, kelas berapa dan namanya siapa? Sepertinya wajah itu tak asing bagiku.
Ternyata aku sangat beruntung, di balik kabut asap ini ada hikmah yang kudapatkan, karena gelapnya kabut sampe berjalan tidak kelihatan ssttt menabrak seorang gadis, eh bukan tapi menabrak hatinya.
Jam istrahat pun tiba aku langsung menuju kelas Kemal untuk menceritakan insiden pagi ini, rasanya sudah tak sabar, dan yang lebih membuatku bahagia adalah aku dapat bertemu lagi dengan gadis itu, ia sempat melemparkan senyuman ke arahku sebelum berlalu menuju kantin. Senyuman itu membuatku melayang hingga tanpa kusadari kelas Kemal sudah terlewati. Dengan malu aku berbalik dan menuju kelas Kemal. Dan aku akan meminta pada Kemal untuk mencari tahu siapa nama gadis itu dan kelas berapa kalau perlu nomor hand phone dan pin BBMnya.
Setelah 2 hari pencarian informasi di tengan gelapnya kabut asap ini, akhirnya Kemal laporan kalau nama gadis itu Raisa kelas X5, wahh namanya seperti artis favorit gue. Dengan kebulatan tekad aku pun mendekati gadis itu. Dan Tanpa sengaja aku bertemu Raisa di depan toilet sekolah, dia sendirian sedang mencari sesuatu.
“Hai Raisa, nyari apaan” tanyaku sok akrab
“Eh kamu, nih nyari anting kayaknya jatuh  di sekitar sini” jawab Raisa
“Ehemm,  aku bantu nyari ya” kataku menawarkan diri
“Eh ngak usah ntar ngerepotin, kan lo lagi ada kelas” tolak Raisa lembut
“Ngak papa kok, gue seneng bantuin lho soal kelas ngak usah dipikirin. Oh ya lo  kalau lagi bingung kayak gini jadi tambah manis deh” ungkap agung dengan sedikit senyuman
“Ah bisa aja kamu, ya gue sih nggak suka sama cowok bohong kayak kamu itu” kata Raisa yang langsung mengena ke ulu hatiku
“Oh yang tempo hari itu, maaf ya bukan maksud mau bohong tapi aku gak PD waktu itu” jelasku
“Kenapa nggak pede?”
“Sebagai tanda maafku, nih terimalah anting ini” kataku menghindari pertanyaan Raisa tadi.
“Ya ampun ketemu ya, makasih ya kamu sudah menemukan anting kesukaanku. Tahu nggak anting ini sangat berarti bagiku” katanya dengan gembira
“Emang dari siapa anting itu kok berarti banget” tanyaku penasaran
“Adaaa aja, ntar kamu juga tahu” katanya sambil berlalu dihadapanku
Setelah dia pergi akupun mengikutinya untuk kembali ke kelas walau kelas kita berbeda arahnya.
Siang pun makin terasa panas dan waktu sudah menunjukkan untuk saatnya pulang, tapi aku masih belum mengerti apa maksud  ucapan Raisa tadi?
Dengan lemas aku berjalan menuju parkiran, dan tanpa sengaja aku melihat Raisa sedang tertawa bahagia tapi aku tidak tahu dengan siapa ia tertawa. Tampaknya kabut hitam sudah mengaburkan pandanganku. Dan saat mereka berlalu di hadapanku, dadaku makin terasa sesak, mungkin kabut ini sudah meracuni paru-paruku.  Ternyanya gelapnya kabut asap ini tak hanya merusak kesehatanku tapi juga menorehkan luka dihatiku. Kunanti musim hujan untuk menghapus luka ini.(@)
agung XII-ips
14 April 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar