Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Selasa, 03 November 2015

mading: cerpen baru kusadari by dhi wulandari

Hari ini suasana hatiku sedang badmood, yang lebih menyebalkan lagi adalah ide kedua sahabatku, Sari dan Nadia. Tanpa memperdulikan bagaimana perasaanku saat ini, mereka terus menarikku menuju kantor. Menurutku mereka memiliki ide gila dan mereka memintaku untuk menjadi juru bicara untuk misi mereka.
“Sa, ayo cepat nanti waktu istirahat keburu abis, pokoknya kamu harus merayu Buk Sandra agar setuju dengan ide kita, oke” kata Sari sambil mengacungkan jempolnya.
“Iya Sa, elo kan pinter ngomong dan berargumen pasti Buk Sandra setuju dengan pendapat kita”  kata Nadia tak mau ketinggalan
“Iya, tapi menurut gue, acara yang ingin kalian adakan itu gak keren dan ketinggalan zaman, masak mau memperingati hari sumpah pemuda, hah kampungan tauk… coba saja kalian mau  ngadain acara Pensi atau lomba Break Dance  pasti gua dukung deh” kataku panjang lebar
Mendengar ucapanku kedua sahabatku pun berhenti, dan menatapku dengan tidak senang yang membuatku was-was.
“Apa katamu Sa, kampungan, gak keren dan ketinggalan zaman, kalau menurutku justru kamu yang ketinggalan Sa.” Kata Nadia dengan emosi
“Udah Nadia, lo jangan marah-marah ini gak akan menyelesaikan masalah” kata Sari mencoba menengahi kami
“Enggak ri, gue ngak bisa membiarkan ini, biar gue jelaskan pada Sasa yang katanya pinter, juara kelas tapi tidak tahu dengan makna sumpah pemuda” sahut Nadia yang masih emosi
“Gue bukan gak tahu Nadia, tapi menurut gue memperingati hari sumpah pemuda itu gak penting” kataku membela diri dan itu makin membuat Nadia emosi dan menyerangku.
“ha ha ha gak penting Sa, gak penting kata lo. Denger ya Sa, kalau bukan kerena Sumpah pemuda kita tidak akan menikmati kemerdekaan seperti sekarang ini Sa. Negara ini tidak akan merdeka jika pemuda dari berbagai daerah ini berjuang sendiri-sendiri. Tetapi dengan kesadaran yang dimiliki oleh pemuda Indonesia walaupun kita berasal dari daerahdan budaya yang berbeda, kita semua adalah satu yaitu  Indonesia. Sehingga kita harus bersatu untuk mewujudkan cita-cita yang sama.” Jelas Nadia dengan penuh semangat
“Iya Sa, sebagai pemuda saat ini seharusnya kita malu dengan pemuda pejuang bangsa, jika dibandingkan pengorbanan kita itu belum ada apa-apanya. Mereka rela mengorbankan nyawa demi bangsa ini, sedangkan kita belajar untuk diri sendiri banyak yang malas dan terpaksa apalagi kalau harus mengorbankan nyawa mungkin kita memilih untuk sembunyi. Pemuda saat ini terlalu sibuk mencari kesenangan sesaat” Sari ikut menjelaskan dengan lembut.
Mendengar penjelasan kedua sahabatku itu, sebenarnya aku setuju tapi aku terlalu malu untuk mengakuinya.
“Kita saja jika ulang tahun selalu menuntut pada orang tua untuk dirayakan, belum lagi universary dengan kekasih yang katanya moment penting dirayakan dengan special, masak hari bersejarah bagi bangsa ini dibiarkan berlalu begitu saja dan tanpa apa-apa” kata Nadia dengan sinisnya
Dan itu semakin membuatku tersadar, dengan perasaan bersalah kupeluk Nadia.
“Maafin sikap gue ya Nad, gue tak pernah berfikir sejauh itu, dan makasih sudah mengajarkan hal berharga ini sama gue, sehingga nanti gue bisa menceritakan ke anak cucu gue apa makna sumpah pemuda bagi bangsa ini.”
“Iya sama-sama, maafin gue juga ya kalau tadi gue emosi sama lo” jawab Nadia sambil memelukku
“Nah gitu dong, ini baru sahabat gue, kita akan bersama kea rah yang lebih baik, tapi ingat jangan pakai emosi, Sari jadi cemas tauk hi hi hi” kata Sari sambil tertawa
Mendengar kata-kata Sari kami pun tertawa bersama
“Ya udah, ayo cepat kita menemui Buk Sandra waktu istirahat tinggal tujuh menit lagi, nanti kita terlambat masuk kelas kan habis intirahat kita belajar Sejarah” kataku mengajak dua sahabatku
“Iya sayangkan kalu kita terlambat masuk, sayang kalau melewatkan waktu satu menit, gue udah nggak sabar ingin melihat wajah Pak Nugroho yang ganteng” kata sari sambil membayangkan wajah Pak Nugroho
“ Sari………….” kami protes seperti biasa
“Tak patut tauk”
“Betul, betul, betul”
“ha ha ha” kami pun tertawa sambil berjalan menuju kantor

By Dwi Wulandhari X2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar