Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu

Rabu, 21 Oktober 2015

mading: cerpen pohon impian by dewi sekar kinasih

Bangun pagi akhir-akhir ini tak seperti bangun pagi biasanya. Seharusnya bangun pagi akudapat menghirup udara yang sejuk, tapi kini hanya debu dan asap yang kuhirup, aku bertanya-tanya, kemana udara yang biasa aku rasakan? Karena kini hanya tinggal bekasnya saja. Dulu walaupun kemarau panjang di sekitar rumahku tak seperti ini. Kalau sekarang ini mata air mulai mengering, tanah mulai meretak, mengapa itu semua dapat terjadi? Itu semua terjadi karena pohon-pohon impian yang telah hilang, dulu pohon-pohon inilah yang menyegarkan pagiku. Bukan hanya pagi, siang dan sore pun tetap terasa sejuknya.
Saat di sekolah aku berjalan ke kelas dengan temanku, aku selalu bertanya kepadanya “sekarang udaranya  gak segar lagi ya, gak kaya dulu” kataku.
 “iya,mau berangkat sekolah aja asapnya banyak banget, sampai tak kelihatan jalannya.  Jadi harus pakai masker pula, haduuuh pening nie kepala, apalagi yang rumahnya pelosok” jawab temanku.
“Bener tuh, ditambah lagi mata menjadi merah dan gatal, dada sesak , batuk, air pun susah. Untung sumurku enggak kering-kering amat, yaaah Cuma perlu agak menghemat air aja” kataku dengan sedih.
“Iya, sekarang ini tidak hanya uang saja yang perlu dihemat, airpun harus selalu dihemat. Ibuku pasti ngomel-ngomel jika aku mandinya lama, katanya ngabisin air aja hik hik” kata temanku sambil cekikikan.
 “Trus kamu pernah nggak memperhatikan si Lia?” Tanyaku  “Enggak tuh kenapa?” jawab temanku penasaran
“Kasihan tuh si LIa, kalau hari Senin kan pakai kerudung putih sampai di sekolah jadi kuning” “iya ya, trus sampai kapan kemarau dan asap ini?” Tanya temanku
“lho kok kamu Tanya sama aku, lha aku Tanya sama siapa?” Jawabku. Kami pun tertawa terbahak-bahak dengan kekonyolan kami itu, bel masuk sudah berbunyi, kami pun langsung masuk ke kelas.
Pelajaran hari ini adalah pelajaran favoritku, biologi kemudian dilanjutkan dengan geografi, aku mengikutinya dengan semangat. Materi yang disampaikan oleh bu guru mampu menjawab seribu pertanyaan keingintahuanku yang berkecamuk di benakku. Dan bel istirahat pun berbunyi yang selalu disambut dengan senyum penuh kebahagiaan. Aku masih merapikan buku ketika temanku menghampiriku
“ Mau ke kantin atau mau ke perpus?” Tanya temanku
“Enggak dua-duanya, kita cari tempat yang sejuk yuk, disini panas banget” jawabku sambil menarik tangannya
  “Ayuk, disana tuh kayaknya sejuk” jawab temanku
“ Perasaan di sini dulunya tak sepanas ini deh, tapi sekarang kok jadi panas gini? Belum lagi debunya banyak banget” kataku
 “Yah sekarang kan pohon-pohon impian kan tinggal dikit karena banyak yang ditebangi. Trus gara-gara kemarau daunnya pada berguguran, jadi makin panas deh”
 “ Sebenarnya ini salah siapa sih?
Mendengar pertanyaanku temanku justru tertawa geli “ Kamu ini lucu sudah tau salah siapa malah pake nanya segala lagi, yah pasti salah manusianya dong, mereka tuh sudah serakah, menebang pohon seenaknya trus setelah ditebang membakar sisanya dan akhirnya terjadi kebakaran dan jadilah asap tebal ini, gitu non” jawab temanku panjang lebar.
“Tapi dari asap tebal ini ada juga manfaatnya lho” kataku iseng,
 “Apa ada manfaatnya, maksud kamu?” tanya temanku penasaran
“Bagi orang-orang yang suka merokok tak perlu lagi beli rokok, kan udah ada asap jadi tinggal menghirup sepuasnya” 
“Ha ha ha bisa aja kamu ini, tapi gratis kan?”
“Iya gratis, jadi gak perlu bayar ha ha ha “  Kami berdua pun tertawa dengan kekonyolan-kekonyolan kami itu.(a)

Karya Dewi Sekar Kinasih, X1
12 September 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar