Lihatlah bumi pertiwiku
Kini tampak sedih
Berduka melihat bumi
Yang semakin menua
Lingkungan kini tak asri lagi
Kala siang terasa panas
pagi pun tak sejuk lagi
Tak ada pohon yang menghiasi
Betapa gersang bumi ini
Hutan-hutan yang kau kikis
Pohon-pohon tumbang karena mesin
Simpanan air kian menyusut
Bumi makin gersang
Ia kini rapuh diterpa bencana
Banjir menerjang semua
Kekeringan menghempaskan kehijaun
Kau sendiri yang merusak tanah surgamu
Jangan heran jika tanahmu tak lagi subur
Jangan heran jika lautmu tak lagi indah
Jangan heran jika musimpun tak tentu arah
Kaulah yang merusaknya
Dengan tangan keserakahanmu
Telah kau jadikan alam sebagai pemuas nafsu
Dan kau lupakan anak cucumu
Lihatlah bumi pertiwiku
Tatapannya kosong
Merana melihat bumi
Yang semakin tak bersahabat
(NUR ENDANG RAHAYU / X2)
12 September 2015
Kini tampak sedih
Berduka melihat bumi
Yang semakin menua
Lingkungan kini tak asri lagi
Kala siang terasa panas
pagi pun tak sejuk lagi
Tak ada pohon yang menghiasi
Betapa gersang bumi ini
Hutan-hutan yang kau kikis
Pohon-pohon tumbang karena mesin
Simpanan air kian menyusut
Bumi makin gersang
Ia kini rapuh diterpa bencana
Banjir menerjang semua
Kekeringan menghempaskan kehijaun
Kau sendiri yang merusak tanah surgamu
Jangan heran jika tanahmu tak lagi subur
Jangan heran jika lautmu tak lagi indah
Jangan heran jika musimpun tak tentu arah
Kaulah yang merusaknya
Dengan tangan keserakahanmu
Telah kau jadikan alam sebagai pemuas nafsu
Dan kau lupakan anak cucumu
Lihatlah bumi pertiwiku
Tatapannya kosong
Merana melihat bumi
Yang semakin tak bersahabat
(NUR ENDANG RAHAYU / X2)
12 September 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar